Implementasi pembelajaran online tidak akan bisa berjalan dengan optimal jika tidak disertai dengan metode pembelajaran tradisional. Modernisasi pendidikan yang tidak diimbangi dengan metode pembelajaran tradisional akan membuat mahasiswa kesulitan dalam memahami poin-poin penting dalam pembelajaran yang hanya bisa dilakukan dengan cara bertatap muka dengan pengajar. Lain halnya jika lembaga pendidikan mengadopsi metode pendidikan blended learning yang mana metode ini memadukan dua model pembelajaran yaitu online dan offline. Materi pendidikan yang didapat akan jauh lebih optimal.
Blended learning merupakan metode pembelajaran modern yang sudah diadaptasi oleh ribuan lembaga pendidikan di seluruh dunia. Selain karena lebih efektif dalam memberikan pengembangan pendidikan, blended learning memberikan kesempatan yang sama terhadap semua pelajar untuk mendapatkan materi pendidikan yang sebelumnya sulit untuk dipahami. Blended learning di Indonesia sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk mulai diterapkan. Infrastruktur komunikasi internet serta dukungan gawai yang sudah sangat mumpuni, seharusnya sudah mampu menerapkan metode pembelajaran ini.
Mengapa harus mulai menggunakan metode pembelajaran blended learning?
Optimasi pendidikan melalui sarana online serta penunjang pendidikan melalui metode pembelajaran offline adalah alasan mengapa lembaga pendidikan harus mulai menerapkan blended learning. Dengan metode pembelajaran ini, lembaga pendidikan dapat mendorong kemandirian dari pelajar serta peningkatkan kolaborasi dalam memberikan pembelajaran.
Contoh, untuk optimasi dalam kemandirian pelajar, pengajar dapat memberikan setiap materi pembelajaran dalam bentuk rekaman baik itu video maupun audio yang kemudian disimpan dalam sistem pembelajaran online seperti Learning Management System (LMS). Dari LMS ini nantinya pelajar dapat mengulang-ulang materi yang dibahas oleh pengajar agar dapat memahami materi yang diberikan dengan waktu belajar yang lebih fleksibel.
Sedangkan dalam memberikan optimasi dalam kolaborasi, pada saat pelajar mengalami kesulitan, ia dapat mempersiapkan bahan-bahan yang perlu didiskusikan dengan pengajar yang mana hal ini dapat dilakukan ketika pelajar sudah berada di dalam kelas dan bertatap muka dengan para pengajar. Ketika proses ini terjadi, maka para pelajar akan lebih siap untuk memahami setiap materi yang ia rasa sulit. Pengajar pun dapat mengelompokkan masing-masing pelajar untuk menyetarakan kemampuan yang didapat oleh semua mahasiswa. Artinya, tidak ada lagi kesenjangan bagi mahasiswa yang paham akan materi dan tidak.
Ilustrasi (c) Unsplash.com